Minggu, 27 September 2020

KULINER KHAS BETAWI ES SELENDANG MAYANG

 

KULINER KHAS BETAWI ES SELENDANG MAYANG




 

A.    Mengenal Es Selendang Mayang 

Es Selendang Mayang merupakan minuman tradisional Betawi yang kini makin sulit dijumpai.

Rasanya manis dan gurih karena kuahnya terbuat dari gula jawa dan santan. 

Sedangkan isiannya menggunakan bahan tepung hunkwe dan tepung sagu berwana merah putih dan hijau, adonan dibentuk menyerupai kue lapis.

Diketahui es tradisional ini telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. 

Untuk menikmati es selendang mayang, Anda dapat menuju ke daerah pekampungan Betawi atau Kota Tua, Jakarta.

B.     Asal Usul Es Selendang Mayang

ES selendang mayang namanya memang sudah mulai asing di dengar. Disebut es selendang mayang karena tiap lapisan terdiri dari beberapa warna. Disajikan dengan cara memotong memanjang tipis layaknya sebuah selendang. Kemudian diberikan sedikit santan serta air gula dan es batu. Memotong tiap lapisan yang terbuat dari tepung kue itu menggunakan bambu.

Es selendang mayang biasanya dijual dengan cara dipikul. Namun saat ini penjual es selendang mayang sudah jarang sekali dijumpai.

C.    Bahan dan Cara Membuat Es Selendang Mayang

Bahan-bahan

500 ml air santan
1 lbr daun pandan
50 gr tepung hun kwe
25 gr tepung beras
1/4 sdt vanili
1/4 sdt garam
2 sdm gula pasir
Secukupnya pasta pandan
Secukupnya pewarna merah

Saus :
150 gr gula merah
50 gr gula pasir
100 ml air putih
1 lbr daun pandan

Kuah :
250 ml santan (me 150 ml santan instan + air)
Secukupnya garam
1 lbr daun pandan

 

Langkah
Dalam wadah masukkan santan, gula pasir, tepung hun kwe, tepung beras, vanili dan garam aduk rata, lalu masak sampai mendidih dan meletup letup, angkat

Bagi 5 bagian sama banyak

1 bagian tambahkan pasta pandan aduk rata, lalu sisihkan

1 bagian beri pewarna merah aduk rata lalu sisihkan

3 bagian biarkan putih

Tuang adonan hijau kedalam loyang yang sudah dialasi plastik laluadonan putih terakhir adonan merah, biarkan dingin.

Saus
Dalam wadah masukkan semua bahan masak sampai mendidih dan gula larut, masukkan angkat

Kuah
Campur semua bahan kemudian masak sampai mendidih sambil terus diaduk supaya santan tidak pecah.

Sajikan potongan selendang mayang bersama saus, kuah santan dan es batu.

Nah es selendang mayang siap disajikan. Dengan membuatnya sendiri, Anda termasuk melestarikan kuliner Indonesia.

 

D.    Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pembuatan Es Selendang Mayang

Selendang Mayang merupakan salah satu minuman tradisional khas budaya Betawi yang mulai jarang ditemui di kalangan masyarakat. Selendang Mayang adalah es yang berbahan dasar tepung hunkwe yang dibuat berawarna warni agar menjadi daya tarik sehingga orang tertarik untuk membeli.

Sejarah Selendang Mayang

Drs. Maja Yusirwan, M.Pd atau yang sering disapa bang Maja adalah seorang budayawan Betawi. Ia mengatakan bahwa selendang mayang adalah gambaran seorang gadis cantik atau bidadari yang menggunakan selendang berwarna-warni, yang masing-masing dari warnanya memiliki arti tersendiri.

  • Merah adalah warna keberanian atau herois orang-orang betawi
  • Hijau melambangkan bahwa orang betawi juga peduli akan lingkungan
  • Kuning melambangkan bahwa orang betawi selalu menginginkan nilai-nilai kematangan pada dirinya
  • Putih melambangkan kesucian, orang betawi menjaga nilai religi kepada Tuhan.

Minggu, 20 September 2020

PALANG PINTU BETAWI

 MENGENAL “PALANG PINTU”, TRADISI ORANG BETAWI



Sejak dahulu, Betawi mempunyai banyak jenis kesenian atau tradisi yang dapat diangkat ke masyarakat. Salah satunya adalah tradisi palang pintu. Palang pintu mempunyai arti sebagai tradisi untuk membuka penghalang yang diwakili seseorang atau lebih agar dapat masuk ke suatu daerah. Tradisi ini biasanya di pakai pada acara perkawinan atau acara umum (menyambut tamu khusus pada acara tersebut).

Saat ini, banyak di antara generasi muda yang melupakan kebudayaan Betawi. Oleh karena itu, perlu adanya peran anak muda yang bisa merawat dan melestarikan kebudayaan tersebut.

Palang pintu identik dengan budaya Betawi terutama acara perkawinan. Tak hanya itu, menurut dia, palang pintu dapat dipakai pada acara resmi seperti penyambutan tamu negara atau tamu khusus. Palang pintu berguna sebagai penggiring tamu dalam memasuki acara tersebut.

Biasanya alat-alat yang dibawa dalam acara tersebut hanya kembang kelapa dan alat atraksi silatnya seperti golok serta membawa tim pemusik rebana kecimpring. Kostum yang digunakan juga tidak jauh berbeda seperti halnya pada acara perkawinan yaitu baju koko/sadariah dengan celana kolor panjang dan baju ujung serong pada beberapa orang palang pintu saja.

Menguji Kemampuan Pendatang

Untuk acara perkawinan, tradisi palang pintu berguna untuk menguji ilmu dari pengantin laki-laki untuk berani mempersunting mempelai perempuan. Pada dasarnya, jawara suatu daerah pasti akan menguji kemampuan kita sebagai pendatang setiap kita pergi ke kampung lain. 


Proses Palang Pintu


Pada tradisi ini, terdapat beberapa orang yang melakukan proses tersebut. Terdiri atas dua jagoan dari pihak perempuan, satu jagoan dari pihak laki-laki, satu orang juru pantun dari masing-masing pihak, tiga pembaca shalawat dustur, satu pembaca sike, dan tim musik yang memainkan alat musik Rebana Kecimpring untuk mengiringi mempelai laki-laki.

Syarat utama mempelai laki-laki mempersunting mempelai perempuan ada dua, yaitu bisa mengalahkan jawara dan pintar dalam mengaji. Laki-laki jika berada dirumah berkewajiban untuk pandai mengaji agar bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Sementara diluar, laki-laki haruslah pandai bersilat agar bisa melindungi keluarganya. “Tidak boleh asal mukul saja, makanya harus belajar ngaji sebelumnya” ungkap Adit. Dengan hal itu, kita dapat mengetahui kualitas pengantin laki-laki.

Selain itu, terdapat tahapan-tahapan dalam menjalankan proses palang pintu, yaitu Shalawat dustur, beklai, dan lantun sike.

Terdapat Unsur Silat

Dalam tradisi palang pintu juga terdapat unsur bela diri, yaitu silat. Jenis yang dipakai adalah silat cingkrik dari wilayah Rawa Belong, daerah Sukabumi Utara dan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Sekilas terlihat seperti tarian, akan tetapi kecepatan tangan dan kaki membuat kita yakin seperti sungguhan. Silat Cingkrik sendiri merupakan murni bela diri, namun sekarang ini ia juga digunakan sebagai seni pertunjukan.


Pelengkap dalam Setiap Penampilan


Dalam setiap pertunjukannya, pemain bersama tim membawa kembang kelapa. Alasan diambilnya pohon kelapa karena semua bagian pohon kelapa yang ada dapat digunakan mulai dari akar hingga buahnya. Sehingga dengan adanya kembang kelapa tersebut bertujuan agar ketika sudah menjadi kepala rumah rumah tangga yang sah dapat berguna dari segala hal baik keluarga maupun di masyarakat.

Tidak lupa kita juga harus membawa roti buaya sebagai seserahan kepada mempelai perempuan yang menandakan mempelai laki-laki telah siap menikah dan akan setia selamanya seperti filosofi buaya yang tidak akan menikah lagi meskipun pasangannya mati.

“Namanya buaya tuh seumur hidupnya nggak bakal ganti pasangan”. Tidak hanya itu roti buaya sebagai simbol keberanian dari mempelai laki-laki akan melibas semua tantangan yang ada sebagai kepala rumah tangga. “Buaya adalah hewan yang berani melawan arus sebagai simbol berani yang menerjang apapun yang ada di keluarganya”.

Alasan roti yang dibawa pada seserahan pada nikahan karena pada zaman dahulu bagi orang Betawi, roti adalah makanan yang paling mewah. Pada zaman itu hanya orang Belanda saja yang memakan roti dan orang Betawi hanya memakan jenis umbi-umbian seperti singkong, ubi, dan lain-lain. 

Penampilan saat Beraksi

Penampilan saat beraksi harus sangat diperhatikan, terutama masalah pakaian. Kostum yang dikenakan para pemain palang pintu terdiri atas pakaian adat Betawi sehari-hari. Untuk laki laki adalah berupa baju Koko (Sadariah). Baju Koko Betawi berwarna polos, sedangkan pada bagian bawah memakai celana panjang dengan corak batik yang dengan warna dasar putih, coklat atau hitam. Sebagai aksesoris /pelengkap memakai pelekat berupa sarung yang ditaruh di pundak dan peci hitam.

Lebih Peduli dengan Kebudayaan Daerah

Sebagai generasi muda, seharusnya kita dapat menjaga dan melestarikan budaya dari masing-masing daerah termasuk budaya Betawi. Pemain Palang Pintu berpesan agar generasi muda lebih peduli dengan kebudayaan daerah dan dapat melestarikannya melalui tindakan nyata. “ Dari Ciawi ke Cabang Bugin, Ke Cipete lewat Semanggi… Ini Budaya Betawi kudu dikembangin, kalau bukan kita siapa lagi?”.

Senin, 31 Agustus 2020

ASAL USUL TARI ONDEL-ONDEL

  

Ondel-ondel Jakarnaval

 

Alunan musik melantun kencang dari speaker bersuara sember yang didorong dengan menggunakan gerobak. Tepat di bagian depan gerobak, ada sepasang ondel-ondel tengah menari mengikuti lantunan lagu. Menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

Masih dari rombongan yang sama, seorang anak terlihat membawa kaleng cat yang telah dikonversi jadi kotak uang. Tak peduli panas matahari yang terik, ia nampak antusias menjajakan kotaknya pada setiap mobil dan motor yang 'parkir' sementara akibat macet di jalan raya.

Ondel-ondel bukan lagi barang asing bagi penduduk Jakarta, terutama masyarakat Betawi. Boneka setinggi 2,5 sampai 3 meter dengan lingkar tubuh 80-90 cm itu sudah menjadi bagian dari budaya, bahkan ikon bagi Jakarta itu sendiri.

Masyarakat Betawi Membawa Ondel-ondel.


Meski dibentuk menyerupai manusia dan biasanya dihadirkan untuk acara perayaan, rupanya tak semua orang senang dengan ondel-ondel. Ada banyak orang, tua dan muda, yang menganggap ondel-ondel sebagai boneka yang seram.

Anggapan ini tak datang begitu saja. Ondel-ondel memang memiliki karakter yang khas. Rangka tubuh ondel-ondel dibuat dari bambu. Badannya dibuat agak lebar untuk memberikan ruang bagi pemain untuk mengangkat dan menggerakkannya.

Wajahnya disebut sebagai kedok, dan dibuat dari kayu kapuk. Topeng atau kedok dihias sebegitu rupa untuk membedakan ondel-ondel pria dan wanita. Ondel-ondel wanita umumnya dicat putih.

Ondel-ondel dan aksinya di Jakarta.


Topeng ini kemudian dilengkapi dengan hidung yang agak memanjang dan ujung yang lebih lembut. Dagunya sedikit lebih panjang dan membulat, bibirnya tipis, mata indah dengan bulu mata tebal, serta sedikit perona pipi.

Sementara topeng ondel-ondel pria biasanya memiliki wajah berwarna merah dengan mata melotor, garis rahang yang tegas, beralis tebal, lengkap dengan kumis yang lebat. Desain wajahnya tersebut semakin memperkuat kesan seram ondel-ondel pria.

Agar lebih 'manusiawi', ondel-ondel diberi pakaian yang menutupi seluruh tubuh. Di kepalanya, kamu juga akan menemukan rambut dari ijuk hitam dengan hiasan kembang kelapa yang mekar seperti kembang api dalam berbagai warna. Tak lupa pula sarung bermotif atau selendang tersampir di bahunya.

Masyarakat Betawi Membawa Ondel-ondel.


Hadirnya kesan seram dari ondel-ondel memang bukan tanpa alasan. Menurut laman Rumah Belajar yang dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, warna merah pada topeng ondel-ondel pria sengaja dibuat untuk memberi kesan seram.

Warna merah memiliki arti marah. Wajah ini awalnya dibuat untuk menakut-nakuti setan atau roh-roh jahat. Sedangkan warna putih pada wajah ondel-ondel perempuan menggambarkan sifat keibuan yang lembut.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, ondel-ondel semula berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Tetapi kini, ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta rakyat, acara peresmian, atau penyambutan tamu terhormat.

Ondel-ondel dan aksinya di Jakarta.


Dalam laman Pesona Indonesia milik Kemenpar disebutkan bahwa nama ondel-ondel yang biasa kita dengar berasal dari kata gondel-gondel. Gondel-gondel memiliki arti menggantung atau bergandul. Sebutan itu muncul dari gerakan ondel-ondel yang terlihat berayun saat berjalan.

Masih dari sumber yang sama, mengingat fungsinya yang penting dan berhubungan dengan dunia astral, pembuatan ondel-ondel di masa lampau tak bisa sembarangan. Ondel-ondel membutuhkan sesajen berisi bubur merah-putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga tujuh macam, serta asap kemenyan.

Setelah proses pembuatannya usai, ondel-ondel akan diberi sesajen dan dibasuh menggunakan asap kemenyan yang telah disertai mantera-mantera. Pemain ondel-ondel juga senantiasa melakukan ritual pembakaran kemenyan yang disebut ‘Ngukup’.


Konon, menurut web Rumah Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ondel-ondel dulunya disebut juga sebagai Barongan. Hanya saja, tidak ada data pasti yang menceritakan arti pasti kata tersebut. Ada yang menyebutkan julukan Barongan pada ondel-ondel berasal dari kata bareng-barengan atau sama-sama.

Sebutan itu diklaim berasal dari ajakan masyarakat dalam dialek Betawi. "Nyok, kita ngarak bareng-bareng!". Namun, ada pula yang mengatakan bahwa julukan Barongan pada ondel-ondel berasal dari kisah pewayangan.

Dari versi kedua tersebut disebutkan bahwa ondel-ondel adalah tokoh yang dihilangkan pada Sendratari Reog versi Wengker dari Ponorogo. Tokoh tersebut adalah sepasang mahluk halus dengan tubuh raksasa, tetapi karena mengganggu perjalanan Singo Barong, maka dikutuklah mereka menjadi burung gagak dan burung merak dalam bentuk raksasa pula.

KRI Bima Suci tampilkan Reog Ponorogo.


Namun, pada pemerintahan Batara Katong, tokoh-tokoh yang tidak terlalu penting dihilangkan. Pada kesenian Jathilan Jawa Tengah, tokoh tersebut dikenal sebagai Gendruwon Gede.

Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, yang sudah ada sejak setelah Perang Bubat yang dibawa pejabat Sunda yang masih hidup dengan membawa Angklung Reyog.

Sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung yang merupakan jenis Barong Bali yang dibawa Raja Airlangga saat menyelamatkan diri. Seorang narasumber selaku pengamat seni dan budaya, menyebutkan bahwa julukan barongan pada ondel-ondel, sama halnya seperti Barongan Bali (Barong Landung), Barongan Jawa Tengah (Reog Ponorogo), dan Barongan dari negeri China (Barongsai dan Liongsai).

Lantas, kapan ondel-ondel muncul? Hingga saat ini, belum ada jawaban pasti kapan boneka raksasa khas Betawi tersebut datang dan menjadi budaya. Yang jelas, boneka raksasa ini sudah ada sejak atau bahkan jauh sebelum Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) masuk ke Nusantara.

W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat dalam bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605. Namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi sebagai sesuatu yang asing. Sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-istilah yang relevan dengan bahasa bangsanya.

SEJARAH TARI ONDEL-ONDEL

Mengenal Sejarah, Lagu dan Tarian Ondel-Ondel


Ondel-ondel merupakan kesenian khas Betawi. Ondel-ondel juga merupakan kesenian boneka yang konon sudah ada sejak zaman pra Islam di Pulau Jawa. Tak jarang Ondel-ondel juga di kaitkan dengan hal-hal mistis dan dunia magis.

Awal mulanya ondel-ondel dijadikan symbol penjaga sebuah kampung dari segala bentuk ancama baik bencana, bahaya, maupun wabah penyakit. Hal itu yang menjadi penyebab mengapa ondel-ondel memiliki wajah yang seram, ketika sebagian besar boneka umumnya memiliki rupa yang imut dan menarik.

Ondel-ondel terbuat dari bahan kayu. Pada bagian tengah biasanya menggunakan kurungan ayam atau dongdang yang terbuat dari bambu. Ondel-ondel memiliki diameter 1,5 meter dengan tinggi bisa sampai 4 meter. 

Ondel-onel terdiri dari dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel laki-laki memiliki wajah merah sementara yang peremuan memiki wajah putih. Rambut ondel-ondel berasal dari ijuk dan ditambah pernak-pernik.


Lagu ondel-ondel

Lagu ondel-ondel diciptakan oleh Djoko Subagyo pada tahun 1970 dan dipopulerkan kembali oleh Beyamin Sueb. Lagu ondel-odel itu sendiri mencerminkan tingkah ondel-ondel yang sedang di arak dalam acara adat Betawi. Berikut ini lirik lagu ondel-ondel 


Lirik Lagu Ondel-Ondel

Nyok kite nonton ondel-ondel, (nyok!)

Nyok kite ngarak ondel-ondel, (nyok!)

Ondel-ondel ade anaknye, (woi!)

Anaknya ngigel ter-iteran, (oi!)

Mak, Bapak ondel-ondel ngibing, (ser!)

Ngarak penganten di sunatin, (serr!)

Goyangnye asik ndut-ndutan, (ndut!)

Nyang ngibing igel-igelan, (gel!)

Plak dung plak dung plang, gendang nyaring di tepak

Yang ngiringin mandek, pada surak-surak

Tangan iseng jailin, kepale anak ondel-ondel

Taroin puntungan, rambut kebakaran

Anak ondel-ondel jejingkrakan, (krak!)

Kepalenye nyale berkobaran, (ngebul!)

Yang ngarak pade kebingungan, (ngung!)

Disiramin air comberan, (byur!)

Plak dung…

 

Tarian Ondel-Ondel

Selain lagu, ondel-ondel juga memiliki Tarian. Tari ondel-ondel adalah tarian yang sering ditampilkan pada pesta-pesta rakyat. Tari ondel-ondel menggambarkan memerankan leluruh atau nenek moyang yang senantiasa menjaga keterunannya.

Tari ondel-ondel berbeda dengan tarian lainnya yang mayoritas hadir dari lingkungan kraton. Tari ondel-ondel lahir ditengah masyarakat dengan penuh kesederhanaan. Oleh karenanya tari ondel-ondel digolongkan kesenian rakyat. Tari ondel-ondel paling ditampilkan oleh 4 orang penari. Namun tak jarang di tampilkan oleh 1 atau 2 orang saja. Dengan pola lantai sejajar.

KULINER KHAS BETAWI ES SELENDANG MAYANG

  KULINER KHAS BETAWI ES SELENDANG MAYANG   A.     Mengenal Es Selendang Mayang   Es Selendang Mayang  merupak...